dulu...
ketika Raja Haji melebur dalam perang
sauh kapal melaju pada selat Malaka
seriuh bintan masih lelap dalam nyenyak subuh
hingga fajar menjemput sentak dengan dentum genderang
itu..
masih pekat dalam ingatan
dipikul pundak almamater harapan
yang ditabal oleh toga keteguhan
tenanglah...
kami selalu memucuk tunaskan genderang semangat
dulu...
aku hibahkan ruh tubuh ini
diliuk teluk ketapang
aku maharkan Raja Ahmad dan Raja Ja'far
sebagai bumbung ruas nafas
adakah kau mengerti tentang bara peperangan
iya..
aku sangat paham
bahkan ketika dari nol hingga akhir semester itu
aku berperang dengan waktu
terkadang, hati dan emosi juga sempat dicumbunya
dan nanti
apalagi yang harus kau lakukan
kami akan perang dengan zaman
berbekal tombak pendidikan
meriamnya adalah sarjana kami
dan pelurunya adalah sumpah janji kami
dulu...
biram dewa adalah tunas semangatku
sungai riau lama juga sentosa
untukmu...
apa yang akan kau berikan kepada negeri ini?
percayalah...
wisuda itu adalah buktinya
betapa sungguh kami memangkas semak dan duri
lalu kami rajut kembali menjadi tikar permaidani
dan nanti
pasukan ini akan berperang melawan globalisasi
kampanye muslihat...
kau melupakan azam sejarah negeri
ketika kami perang melawan belanda
mati adalah juga persembahan terbaik kami
itu dulu...
dulunya lagi...
masih ketika tembuni kami
belum terpancang di rahim bumi
benarkah itu??
iya benar
dan lihatlah..
betapa semangat ini membuncah
bersama hati yang gelisah
melihat negeri di ujung patah
ketika itu nyata
maka ini adalah akhir kita
aku berikan epilog hati
untukmu sebagai penuntun diri
rapatkan barisanmu
mari kita perang dengan waktu
dan kita bunuh detik menit itu
baiklah...
kami akan meraciknya untuk negeri
memberikan kuntum sari seri
pada bait sumpah janji
YS.Nugraha
percakapan hati bersama Raja Haji Fisabilillah
pucuk november 1811
(puisi perdana yang dibacakan versi multimedia)
0 Komentar