KUMPULAN PUISI

*SEORANG BULU* (terjemahan kata, dari lukisan Vidi Damayanti)


seorang bulu bangun dari tebing gerun 
nutfahnya memercik resah
bacalah... ada jerit dimatanya


seorang bulu itu milikmu
jadikan dia sesaji ucap janji
atau tumbal di karam hati
lihatlah... ada geram di senyumnya


kelam tangis yang merangkak
pada tebal goresan warna
juga pula
ada risau yang memuncak
mendaki di renyai pertelingkahan


seorang bulu itu serupa pilu
seekor ratap harap adalah aku


meja ilmu gubuk fikir
3 ratap november ditangisan 2011 (00:45)
YS.Nugraha

*LA FOURRURE* (terjemahan kata, dari lukisan Vidi Damayanti)


ada yang melayang perlahan
mendulang tangis di dinding couleurs
kelindannya begitu ringkih
darahnya nanar putih
titik nadir itu juga merenyaikan hampa


ada yang membayang tatapan
mengulang manis perjalanan le foie
masih dilengkung morgana yang tak berujung
dimatanya lebat mendung
gelisah juga merenjiskan sisa tempias


pada lembar rindu la fourrure 
ada pesan yang terucap
ada harap dalam tatap
kesendirian itu tertancap


meja ilmu gubuk fikir
3 kecup november dipelukan 2011 (00:21)
YS.Nugraha

*DIPUCUK LAMUN* (terjemahan kata, dari lukisan Vidi Damayanti)


perempuan itu adalah aku, katamu
sembari rapal kepedihan terus mengalir dari linang tatapmu
kau tau, katamu
ada selaksa pedih yang merintih
disudut senyumku juga ada celah airmata
... inilah hidup
untuk seekor hati yang jelata


perempuan itu adalah aku, katamu
selagi masih dupa dan setanggi semangat itu membara
kau tau, katamu
semangat rekah ini menjerit
meski dalam nafasku tidak sellebat airmata
... inilah hidup
untuk sebungkus perjalalan


di pucuk lamunan
ada benalu kepedihan
di ranting senyuman
ada tangis yang berguguran


meja ilmu gubuk fikir
2 langkah november diperjalanan 2011
YS.Nugraha 


DI RUSUK BATU (kepada untuk airmatakata, dan rahim jelata)



bu...
sepertinya linang airmatamu masih pekat
meski sudah sekian tahun dari sejak aku mewujud nutfah
sudahlah bu...
kehidupan memang seperti itu
sangat sulit untuk dipujuk rayu
tidak sepertimu
yang rela meranggas di rusuk batu

bu...
biarkan saja airmata itu liar dipipimu
nanti juga jinak di sudut dagu
sudahlah bu...
kan masih ada aku
wujud dari sejuta ribu nutfah

biar aku saja yang meng-Allah-kan lamunanmu
meski tidak se-Alif kasih dan tulusmu

YS.Nugraha
meja ilmu gubuk fikir


IBUKU GELADAK KERUH

matahari di kedai kopi
hirupnya panas
manisnya silau teduh
...
langit menunggu di parkiran
berbincang dengan mendung yang terlindung
...
ibu...tunggu
rokokku belum habis
Sabtu kini telah gerimis
...
ibuku separuh
bersama kopi dan geladak keruh

YS.Nugraha
meja ilmu gubuk fikir
29 hari bulan ke-10 tahun hijriyah 1432


ITU_______(sebungkus perbincangan)


ada yang terdengar dari perbincangan malam dan hujan:
"seekor langit kedinginan"
tubuhnya kabut pekat
suaranya hanya tinggal desah basah
kakinya lembab tanpa warna
...
malam menambahkan
"langit itu lelaki hilang jantan"
hanya isak tangis yang merenyai
...
dan hujan menyeringai
pantas saja dia enggan mencumbuiku dalam lelap
...
langit tersentak
ujung penaku retak


meja ilmu gubuk fikir28 hari bulan ke-10 tahun hijriyah 1432 


FTS Spesial Ultah WR-*RANUM TAPAK* (sepotong ruh untuk WR).


*RANUM TAPAK*
(sepotong ruh untuk WR)

W.arna kita semakin pekat
R.anum rindang kata saling menyapa
I.mpian telah tampak di ujung bayang
T.erpaut rasa dalam ukir pikir
I.ndah dalam lantun yang saing bertaut
N.afas-nafas karya terus menggelombangkan jiwa
G.undah pun semakin jauh ditenggelamkan rasa

R.iwayat ini telah sampai pada jejak tapaknya
E.ngkaulah nafas yang mengaum jauh
V.enus dan Pluto pun sudah mampu didekap
O.rang-orang itu adalah kita, Kawan
L.embar-lembar karya, adalah juga ruh nyawa kita
U.ntuk terus merapal hidup dan kehidupan
T.itian kalam telah sampai pada laluannya
I.ngatlah bahwa di ruas kata, juga ada kita
O.nggokkan saja segala bimbang dan kehampaan
N.ama kami terus setia menemani

meja ilmu gubuk pikir
31 hari bulan ke-10 tahun hijriyah 1432
tepat pada jam pukul 0:03 waktu Tanjungpinang 



*UNTUK SAGANG*


M.ajalah sagang
A.dalah buah putik ranum
J.ejak yang membekas tapak
A.dalah juga ukir baktimu
L.embar itu hidup dan berbisik
A.kulah kata, dari sisa airmata
H.ingga pada goresan kalam terakhir

S.agang, panggilanmu
A.ntara karya dan ujung cita-cita
G.elombang semangat yang terus pasang
A.ntara rasa dan airmatakata
N.un disana aku menunggu diputik harap
G.erangan indah selalu menyapa

selamat ulang tahun "MAJALAH SAGANG"
semoga sukses selalu
salam takzim
Y.S.Nugraha

tiba-tiba sajak

*TIBATIBA*
________________(tibatiba untuk tiba)
tibatiba dua kaki berciuman tiibatiba
rambut menari skriptis tibatiba
tibatiba ini jari sembunyi jauh dekat tibatiba
mata juga enggan bergosip tibatiba
hening...gemericikpun tak tercium
tibatiba awan menyapa tibatiba
langit mencubit isak sadar tibatiba
tibatiba angin membatu tugu tibatiba
bintang pecah berderai tibatiba
bening...hembus juga tak terlihat
tibatiba kata berbaris tibatiba
memikul pena dan tinta tibatiba
tibatiba menuju lahan kosong di sebelah halaman tibatiba
mereka saling tikam tibatiba
tibatiba matilah mereka tibatiba
tinggal z yang belum terbunuh tibatiba
tibatiba kupancung liuk sudutnya tibatiba
dia juga berderai tibatiba
tibatiba pena menyerangku tibatiba
tinta juga menyerap darah tibatiba
tibatiba aku dan pena dan tinta dan tibatiba
mati juga tibatiba
tibatiba bebas
sekarang tibatiba
tibatiba tak tibatiba
tibatibatibatibatibatibatibatiba
tiba
tibatiba
ti-bati-ba-tiba
juga
______________________YS.Nugraha

*PERCAKAPAN RINTIH*


bu...aku lapar
ucap seorang bocah pada perutnya
makan saja anganmu nak
sebab nasi dan lauk-pauk bersembunyi dibalik rupiah
bu...cacing dan lambung dari semalam telah sepakat
untuk terus mendobrak perut ini mereka tidak percaya
tentang adanya nilai untuk rupiah
katanya rupiah tambah rupiah samadengan bencana
nak...panaskan kembali sisa cinta
untuk mengganjal perutmu hingga mentari lelah
sudah habis dimakan ayah bu
hanya bungkus remuk yang berceceran di ruas nafas
bu...aku semakin lapar
anganku sudah habis disantap lamunan
ayahku juga beku didingin cinta
perutku semakin rekah di dobrak mereka
aku ingin bersama ibu
yang selalu kenyang tanpa rupiah
kamu dimana?
aku di sudut lambung bu...
ibu dimana?
aku diruas kuburan
kemarilah...

*TUHAN, HUJANMU TERLALU BASAH*

masih tentang bisik hujan yang menggerimis
menyikasan luka kering yang kemarau
bangkitlah angan yang duduk dilamun bayang
meranggas naik memanjat rintik yang merinai
...masih
dipungutnya brosur mendung yang berserak
terus mendaki kepuncak langit dan berteriak
"TUHAN TURUNLAH SEBENTA,
HUJANMU TERLALU BASAH,
DAN PERUTKU TERLALU LAPAR"
rinrik rinai menyeringai
kering kemaraupun parau
hanya spanduk panjang yang menggelinding pelan dari altar-NYA
terpampang jelas tulisan yang menggeletar hebat
"TAURAT DAN ZABUR AKU DUDUK DI SUDUTNYA"
"INJIL DAN ALQUR'AN AKU BERENANG DI CELAHNYA

*SETELAH*

kasih...
ada cerita untukmu, tentang kecup dan bisik rindu
setelah siang ini pamit apa yang kau pinta dariku?
setelah kuberikan bulan yang dijemput tadi malam

....masih
selelmbar peluk yang membungkus hatiku terlipat rapi
menunuggumu untuk bersama membukanya
setelah aku pamit jangan ratapi nisanku
biarkan dia menyendiri untuk menunggumu

...perih...
pergilah bermain diluar ladang cintaku
buatlah kebun baru dengan jiwa yang lain
setelah engkau pamit jangan datang lagi
meskipun mengintip di ujung hati

#NYANYIAN OMBAK DIPADANG MAHSYAR#

ZAT KU MERENGKUH DEBU...
menggumpalkan embun di relung kalbu
desiran pantai yang tidak redup
mengantarkan sebilah nyanyian yang tajam
dalam siang dan malam
dalam remuk dan redam
dalam tusukan dalam
yang terdalam

ZAT KU MERENGKUH DEBU...
menggapai sendu
merangkai lirik-lirik rindu
aksara meratap kepada kalam
tentang madah
yang kini tidak lagi menatap

NYANYIAN OMBAK INI...
aku dendangkan
beriring gambus
berdawaikan firdaus
merentas putus
melumat halus
bersandingkan rasa
bertemankan kata
menyuguhkan jasad dan sukma

jika KUN maka FAYAKUNlah ia
jadikan aku
SANG PEMUJA CINTA

"TUHAN, HUJANMU TERLALU BASAH II"

ini hujan lebat menggerimis
mendinginkan lamun tatap mata
menyisakan puing-puing tanya
....juga...
seekor bocah penjaja koran
memeluk hangat lampu merah
"seorang tiang ini ibuku om" katanya
dia sangat paham tentang merahkuninghijau
meski terkadang di acukhan

ini hujan lebat menggerimis
membasahkan setumpuk koran
yang biasanya akan berubah menjadi sebungkus nasi
dan atau segelas air dengan potongan roti
"biar saja om, aku masih kenyang" katanya
aku ingin mengajak ibu bermain ciptakan pelangi dengan merahkuninghijaunya

ini hujan menggerimis
dengan seekor bocah penjaja koran
dan seorang tiang yang merahkuninghijau
Tuhan...pelangiku  rapuh
karena hujanmu terlalu basah

*PERCAKAPAN HUJAN*


silahkan masuk...
hujan bersama basah dan dingin mengalir ke ruangan
mana proposalnya? aku akan segera mencairkan
tapi ada syaratnya....
apa syaratnya?????
aku harus dapat tempias yang basah juga
boleh....
apa isi proposalmu?
hanya meminta ditambahkan persediaan air di puncak langit
kenapa itu??
karena tuhan letih dan sedang beristirahat
kok bisa
sebab manusia sudah lebih bijak dari tuhan
apa buktinya??
itu buktinya diri anda sendiri yang tetap menginginkan tempias basah 
meskipun ruangan ini sudah tergenang

YOAN PENDEKAR KATA*

Y.ang...kemarilah sebentar
O.rang-orang kata dalam racik mimpi merecup tumbuh
A.ada aku di sudutnya 
N.ada dan syair saling merangkul dengan mesra

P.ernah dulu kulambai secarik kata padamu, kemariah...
E.ngkau masih dengan senyum dan airmata
N.angislah disini, di dasar lembayung hati
D.amaikan jika hanya dengan tetes kata dan airmatakata
E.ngkaupun masih dengan senyum dan secabik duka
K.au berbisik dengan rasa "masih ada sisa airmatakata"
A.ku disini yang...kemarilah
R.acik rindu ini untuk kita

K.au masih dengan senyum dan sisa isak tangis
A.kankah lembar puisi bisa mendamaikanmu?
T.ak ada lagi sisa bait digudang kata
A.atau sebungkus kecup mesra

*PEMUDA ITU KITA*


S.umpah itu sudah memudar
U.ntai semangat serapah sudah jadi bungkus sampah
M.ana kepal janji 83 tahun lalu yang tersemat di busung dada?
P.ada merah putih yang membirukan kuning samudera
A.pa lagi yang mau kau lafadz-kan?
H.ari ini masih sama dengan perayaan sebelumnya

P.emuda itu kita, kawan
E.nggan mundur pada garis garda terdepan
M.embuncah semangat juang nenek-moyang kita
U.ntuk bangsa agar tersenyum hari ini
D.idihkan semangat itu
A.da mereka dihati kita

meja ilmu gubuk fikir28 hari bulan ke-10 tahun hijriyah 1432 
YS.Nugraha

*MAUT*


*MAUT*
.......QQQQQQQQQ
!!!!.............?????????QqQqQqQqqqqQqQQ
aaaaaaaa......AA
alifalifalifalifalifalifalifalifalifalifalif.......
.................................................
sakitsakitsakitsakitsakitsakitsakitsakitsakitsakitsakit
!!!!!!!!!!!!!!!!!........ughughugh..
khkhkhkhkhkhhkh..emakemakemakemakemakak
.............lailahaillallahlaillahaillallah......
alifsakitemakugh.....
.....GGGgg......................AH............
(innalillah)...................huzzzzzzzzwuuuuuzzzzzzzwuzzzzz..akhirnya mati juga

BISIK RANUM

ada yang ingin kukatakan bersama langit dan teruntum awan..
sebuah bisik ranum yang manis
atau mungkin secabik rindu sisa kemaren siang pagi itu
tapi..dengarlah dengan hatimu meskipun aku bertanya dimana letaknya yang pasti
di fikir di ulir di dada tau pas berada di putingnya...entahlah..

ada yang ingin kukatakan bersama langit dan teruntum awan..
sebuah bisik ranum yang manis
""kesetiaan itu bermula dari tatapan mata""

*REPUBLIK IDIOTnesia*

oleh Yoan Pendekar Kata pada 24 Maret 2011 jam 22:42

marwah..kemana kau hamukkan rintih lapar ini??
diantara linang airmata terduduk pilu meratap harap
oi marwah....kenapa kau hamukkan tonjolan rusuk ini??
sementara kursimu masih gagah menghias pelupuk mata

enam puluh lima racik sayap garuda
yang terkadang memalingkan kepala tanda tak sudi menerima kenyataan
kau lihat?
lihat kau?
merata rayap merakyat
terkulai...........lunglai

langit mataku
aku juga berpijak pada tanah yang sama
tanah yang terkikis entah kemana
tinggal ringis dan liur merana
aku juga terlahir pada tumpah darah
bertumpah ruan darah mengusung sembah
yang tak sudi jua merebah

inilah Republik Idiotnesia
dengan segala ideologi Idiotnya
yang menesiakan rayap-rayap buta
yang me-Republikkan ke Idiotismenya
yang menjerat Garuda dan kunang-kunang

marwah...hamukkan
renyaikan simpul kusut
rentaskan rusuk dan lapar
kunyah....lumat...raung yang kau pekak badakkan

semantara rayap
takkan diam merakyat
terus merayap
meraba gagah kursimu
meskipun pada sudutnya

("*meskipun nanti aku ditangkap...itu hanyalah tugas borgol untuk tanganku, dan aku hanyalah satu diantara juta ribu rayap yang siap merogolmu*")

#G(t)ER(p)HANA#

oleh Yoan Pendekar Kata pada 16 Juni 2011 jam 0:20

#G(t)ER(p)HANA#
kepada untuk gerhana...yang bangun dari ratap berkepanjangan, berbisik lirih lewat pendarnya...."aku bersama bin(a)tang jalang, dari kumpulan yang terb(u)ang"...bersama garuda yang retas dicelah pukang...........

*RATAP PENDOSA DALAM ALIF*

tegak alifku
berkata pada liang-liang kuldi yang membusuk
diantara sepoi hawa neraka
membelai paksa rasa di jiwa

tegak alifku
menopang arasy dengan kelingkingnya
geletar lututku menusuk liang-liang di bumi
dalam papahan takdir-takdir diri

tegak alifku
menggerutu di lahar-lahar siksaan
merentas penyesalan dari sang dajjal
merentas penyesalan dari godaan
merentas pertaubatan birahi waktu
merentas nafsu

tegak alifku
terpatah kata tertunduk pilu
tersungkur dalam sujut tahajud
melepas rentas tasbih syahadat
hanya tinggal puing kerak dosa

alifku tetap tegak mendongak
dan aku terus menusuk liang-liang bumi
mengukur jejak-jejak makrifat
diantara syariat dan tirakat
sedangkan hakikat
kini terikat hingga kiamat

AKU PENDOSA....
AKU PENDUSTA....
AKU PENDURHAKA....

dalam ruang rahim hawa
dalam tembuni selaksa rasa
dalam ayunan dodoi-dodoi doa
dalam zat syurga neraka
dalam KUN sebelum FAYAKUNNYA

PADAKAH

katakan saja pada sajak
di sudut bibirmu
bahwa aku hilang keperjakaan
di renggut waktu

katakan saja pada zikir getirnya
sang Malik
bahwa firdaus kini bersimpuh
di ruas jariku

katakan saja....
pada langit dengan lengkungnya
pada nabi dengan kisahnya
pada hawa dengan rahimnya
pada mantra dengan dupanya
pada hitam dengan putihnya
pada NYA dengan KU

di Ummat berpaling untuk
padakah denganpun
RAIBLAH

Posting Komentar

0 Komentar