TUJUH PELUK FLAMBOYAN

I
Flamboyan berguguran
Aromanya tersidu kenangan
Secamca harap pandang
Lalu hilang dipekat malam
Dua jenis kata bersenggama 
Gemanya mengaung penuh harap
Remang melalap kegelisahan
Jadi gundah 
Tak berkesudah

Flamboyan
Berguguran
Rebasnya dari pucuk
Menghiba diharibaan





II


Dilubuk sangsai
Flamboyan berjurai
Kelindan bayangnya resah

Dua ranting berdarah
Setelah tarung kecup menggelora
Kau katakan
Flamboyan adalah airmata kita

Kembali pada hati
Ketika tiba pagi
Flamboyan bergugur lagi
Tangis menyuburkan rindu
Tentang peluk dan deru

Kau katakan
Flamboyan adalah bunga kenangan





III


Flamboyan...flamboyan
Warna segenap para hati
Tak bertepi

Lihat dahannya
Cabangcabang
Bimbang
Berderak
Anginangin
Ingin
Dingin

Flamboyan...flamboyan
Sepeluk tubuh tak berbadan
Hanya bayang sedu sedan
Terisak

Tatap derainya
Membayang pada getar
Hati
Kita





IV


Masih tentang malam dan flamboyan
Larik warnanya memudar
Tidak pekat dan merona
Kuncup pucukpucuk terkulai
Setelah siang menjamah mambunya
Flamboyan diremang bulan
Berpendar dari bias yang tak sampai
Akupun begitu juga
Semakin hanyut dalam kerinduan
Flamboyan...flamboyan
Semboyan para lelaki dalam harapan
Lalu kau lunglai tepat dalam dekapan

Flamboyan berkesendirian
Memungut remah kegelisahan
Untuk ditunaskan jadi kembang
Jadi bimbang





V


Sepanjang waktu
Flamboyan menjamah airmata
Tetesnya terisak
Mengharap kembang yang abadi
Enggan rasa menjamah tanah
Dari gugur yang berderai
Dari tunggu yang mengurai
Renyai

Sejenak flamboyan mengaji dukaduka
Sisa luka yang ditinggalkan
Menganga
Sejak toreh itu menyayat
Memayatkan kerinduan
Beku dari pucuknya
Lalu dingin menunas
Menunggu kehangatan peluk yang abadi

Tentang bibir
Flamboyan bicara
Membayang kecup
Menelingkup keheningan
Bibirmu adalah serangkai bunga
Dan bibirku menjelma kumbang permata
Lalu
Kita mengangkup
Dua rona kerinduan.





VI


Pada rindangnya
Flamboyan mengukir kenangan
Dari cabang dahan
Dan ranting yang menguning

Flamboyan...flamboyan
Selebat daunmu meneduhkan
Menyejukkan
Lewat tatap pandang
Mengenang cium yang bertaut

Di puncak bukit ini
Flamboyan mersemayam
Bibir ranumnya bergumam
Lewat deru angin dan hembusan
"petik aku dengan segenap tulusmu"





VII


Untuk flamboyan
Aku kehabisan untaian
Bejana kata dari alur pikir dan kepingan jiwa
Pun juga masih menyisakan ruang raung kerinduan

Cukup singkat jika harus melambangkan dengan nyata
Sebanyak apa cabang ranting dan akarmu
Sama banyaknya dengan kasih dan kesungguhanku

Flamboyan
Kembali bertaburan
Dan gugur dari belaian

Posting Komentar

0 Komentar